5.10.2011

DIA TELAH DATANG SEJAK LAMA
Buah karya Wiratmadinata

   Dia telah menyapamu dengan lembut.
   Lewat deru angin yang membadai.
   Menyentuh hatimu dengan perlahan.
   Lewat empasan topan yang menderu.
        Tapi bahasa itu terlalu gelap.
        Bagi hati dan jiwa yang membatu.
        Terlalu lirih bagi sukma yang gagap.
        Membaca berbagai makna perlambang.
   Dia telah datang ke lubuk jiwamu.
   Berkata dengan kalimat yang jernih.
   Lewat bumi yang bergetar oleh dosa.
   Dan suara kebenaran yang tak dibenarkan.
        Dia telah datang dengan dengan halusnya.
        Lewat angin topan dan badai.
        Lewat bumi yang bergoyang.
        Dan isi lautan yang tumpah-ruah.
   Tetapi bahasa itu telah lama terlupakan .
   Dan kita gagap membaca isyarat alam.
        Dia telah datang berbicara.
        Dan menyentuh dengan kasih.
        Tetapi kita sudah terlalu lama.
        Tak lagi bisa memahami tanda-tanda.
  Dia telah datang sejak lama
  Begitu lembut, begitu tenang
  Sampai kita tak lagi sanggup.
  Menanggungkan bahasa Tuhan.

Nama Ilmiah Hewan dan Tumbuhan (SAINS)


HEWAN :

Dolphinidae – lumba-lumba
Dugong dugon – duyung
Felis badia – kucing merah
Helarctos malayanus – beruang madu
Hystrix brachyura – landak
Lutra lutra – lutra
Lutra sumatrana – lutra Sumatera
Macaca brunnescens – monyet Sulawesi
Macaca pagensis – beruk Mentawai
Manis javanica – trenggiling
Nesolagus netscheri – kelinci Sumatera
Panthera pardus – macan tutul
Panthera tigris sondaica – harimau Jawa
Panthera tigris sumatrae – harimau Sumatera
Pongo pygmaeus – orang utan
Prochidna bruijni – landak semut
Rhinocerus sondaicus – badak jawa
Tapirus indicus – tapir
Accipitridae – burung alap-alap
Bubulcus ibis kuntul – bangau putih
Cacatua galerita – kakaktua jambul kuning
Heraclium lanatum – sapi
Rana tigrina – kodok
Giraffa camelopardalis – jerapah
Equus caballus – kuda
Panthera leo – singa
Equus zebra - zebra
Anoa quarlesi – anoa pegunungan
Babyrousa babyrussa – babirusa
Balaenoptera musculus – paus biru
Bos sondaicus – banteng
Capricornis sumatrensis – kambing Sumatera
Ceruus kubli – rusa Bawean
Cynocephalus variegates – walangkekes
Dicerorhinus sumatrensis – badak Sumatera
Presbitys frontata – lutung dahi putih
Presbitys aygula – surili
Casuarius casuarius – kasuari
Ciconia episcopus – bangau hitam
Eos histrio – nuri sangir
Chylonia mydas – penyu hijau
Drosophila melanogaster – lalat buah
Columba livia – merpati
TUMBUHAN & TANAMAN :

Zea mays – jagung
Oryza sativa – padi
Mangifera indica – mangga
Anacardium occidentalejambu monyet
Annona muricata – sirsak
Annona squamosa – srikaya
Apium graveolens – seledri
Arenga pinnata – aren
Cocos nucifera – kelapa
Salacca zalacca – salak
Glycine max – kedelai
Nephentes sp., - kantung semar
Podocarpus damara – dammar
Cerbera manghas – bintaro
Nothopanax scutellarium – mangkokan
Areca catechu – pinang
Eclipta alba – urang-aring
Rafflessia arnoldi – bunga bangkai
Carica papaya – papaya
Allium cepa – bawang merah
Hibiscus rosasinensis – bunga sepatu
Solanum tabaccum – tembakau
Solanum lycopersicum – tomat
Solanum tuberosum – kentang
Hibiscus tiliaceus - waru


STUDY

                 Come on, let us study
                 We study together
                 We study with happy
                 Don’t forget my friend
                 We pray
                 To pray to God

                                        
                           Every time I have a time
                           I have time to reading
                           To read the book that useful
                           To develop the knowledge
                           I am very happy to reading
                           Because with reading
                           I become clever

                                           Hikmah Wanda A.

MERAH PUTIH
Oleh Hikmah Wanda Atmawati


       Merah Putih bendera negaraku
       Engkau lahir 65 tahun lalu
       Alangkah gembira terbebas belenggu
       Halangan penjajahan
       Telah tersapu

            Putra-putri bangsa ini telah berjuang
            Untuk meraih kemerdekaan
            Tiada lelah dan putus asa
            Inilah hasil perjuangan pahlawan
            Dirgahayu Indonesiaku
            Bersatulah negeriku

    

Hikmah Wanda Atmawati



Sedikit Cerita dariku tentang HOMESTAY


HOMESTAY !! HOMESTAY !! AYO HOMESTAY !!!


                Teman-teman, berbicara tentang homestay pasti rasanya senang ya? Kecuali yang tidak senang. Aku ingin bercerita tentang pengalamanku selama homestay di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, dari mulai keberangkatan sampai back to home. Begini nih ceritanya.
                Hari Kamis pagi, tepatnya pukul 04.00 aku terbangun dari tidurku, karena alarm HP ku sudah berbunyi. Tidak terasa ya….beberapa jam lagi akan berangkat homestay, kebayang-bayang di otak terus nih. Aku segera bergegas bangun, kemudian merapikan tempat tidur, dan berdoa. Aku masih melihat tas ranselku yang berisi banyak, di meja belajarku. Sebentar lagi bakal ngrasain homestay nih. Azan Shubuh berkumandang. Aku segera mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat Shubuh. Teman-teman, kalian tahu tidak apa yang aku lakukan setelah melaksanakan shalat Shubuh? Ya, aku baru pernah, mandi segasik hari itu. Dingin tapi segar.
                Pukul 05.00 aku sudah berpakaian rapi dan ditambah dengan memakai rompi Spenzaga. Kira-kira 2 jam lagi aku akan segera berangkat ke Stadion Guntur Darjono untuk melaksanakan apel pagi menuju keberangkatan. Pukul 06.30 aku sarapan. Setelah sarapan, aku kembali mengecek perlengkapanku. Aku takut kalau ada yang tertinggal. Pukul 07.05 aku berpamitan pada ibuku. Rasanya bakal hampa gak ya tanpa ibu 2 hari? Kalimat itu yang selalu menghantuiku. Ibu memeluk dan menciumku….rasanya hangat sekali. Seakan dunia tak berputar sejenak. Rasanya senang bercampur haru. Homestay kan bukan sesuatu yang menakutkan, malah homestay bisa dijadikan kegiatan untuk melatih rasa disiplin, tanggung jawab, dan pastinya kemandirian donk!
                Sepatu olah raga warna biru putih telah kupakai, jaket cokelat dan topi cokelat juga sudah. Semua sudah beres. Tinggal berangkat ke Stadion Guntur Darjono untuk melaksanakan apel pagi nih. Ayah sepertinya sudah siap mengantarku. Ya, aku diantar oleh bapakku. Kurang lebih 13 menit perjalanan dari rumah. Akhirnya aku sampai juga di Stadion Guntur Darjono. Di sana sudah banyak teman-temanku yang datang lebih pagi.
                Pukul 07.17 aku sudah sampai di halaman stadion. Aku segera bergabung dengan teman –teman. Di trotoar sudah ada Happy, Tika, Dea, Nisya, Bella, Putik, Ratih dan yang lainnya. Aku kira tasku bermuatan paling banyak di antara tas temanku, namun, tidak. Aku berbincang-bincang sebentar dengan temanku. Setelah ada aba-aba dari Pak Yuhron untuk segera  berbaris, akupun langsung berbaris di barisan kelas 7H. Kemudian aku dan teman-teman diberi penjelasan lagi oleh Pak Yuhron. Setelah berdo’a, aku segera bergegas mencari mobil yang sudah tertera nomor 22. Ternyata masih pagi, tapi rasanya sudah siang saja. Panas sekali udara siang ini.
                Ilham duduk di pinggir tengah mobil, di sampingnya ada Happy, terus aku, dan Lintang terakhir. 5 menit menunggu pak sopir. Akhinya ia muncul juga. Aku kira ia lupa akan mobilnya. Akhirnya mobil yang kutumpangi ini berjalan juga. Senang sekali rasanya. Kira-kira 25 menit perjalanan menuju homestay di Desa Serang. Lelah yang kurasa, karena harus berhimpitan tempat duduk dengan teman di sebelah. Akhirnya sampai juga di kawasan hutan pinus. Mobil yang kutumpangi ini akhirnya parkir di kanan jalan. Tas sudah kubawa, tinggal jalan saja deh. Kami disuguhi tarian khas Desa Serang. Memang mirip dengan kuda lumping si, tapi menarik juga. Waaaah, para pemandu Agro Education Tourism Serang sudah berbaris rapi. Ada Bapak Kepala Desa Serang, Bapak Ibu Guru SMP N 1 Purbalingga juga di sini. Kebanyakan dari kami, sedang berbincang-bincang sambil melepas rasa lelah.
                Kemudian, kami disuruh berbaris sesuai dengan kelompok masing-masing. Aku berteriak-teriak mencari teman sekelompokku. Kalau saja diperhatikan, mungkin aku seperti orang jualan tahu sumedan. Akhirnya, aku bertemu dengan teman yang sekelompok denganku. Ya, ada temen dari 1 kelas, teman kelas lain juga ada.
                Setelah ada sambutan dari Pak Nurhadi sebagai perwakilan dari Spenzaga dan Bapak Kepala Desa yang mewakili warga Desa Serang kemudian saatnya pembagian pemandu untuk tiap kelompok. Ketua pemandu memberi tahu bahwa kelompokku dipandu oleh Mas Rahman. Sambil melepas rasa penat, kami disuguhi kembali dengan tarian khas Serang. Aku jadi tambah semangat.
 Setelah diberi penjelasan, aku segera membawa tas beratku. Kami diberi tantangan untuk mencari rumah homestay sendiri. Sudah jalannya naik turun, barang bawaannya juga berat, panas, letih, lesu, capai…bercampur menjadi satu. Memang si homestay ini bertujuan untuk melatih kemandirian. Tapi…..kakiku sudah tidak kuat lagi. Kakiku memberontak, ingin cepat-cepat sampai.
                Akhirnya, aku, Siska, Nurul, dan Ajeng menemukan rumah Ibu Nurokhman. Ya, agak jauh si dari kawasan hutan pinus. Tapi, akhirnya lega juga. Aku diajak masuk rumah Ibu Nurokhman. Rumahnya memang tidak besar, tapi cukuplah untuk berteduh. Ibu Nurokhman segera bergegas pergi ke dapur dan membuatkan kami minum. Tak ketinggalan Ibu Nurrokhman juga menyajikan kue bolu dan jajanan ringan. Aku mencicipi beberapa potong kue itu. Rasanya enak. Minum teh hangat manis, membuatku semakin bertenaga saja.
                Kata Ibu, sebenarnya rumah Ibu ada 2, namun rumah yang satunya tidak dihuni. Rumah Ibu Nurokhman terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, dan 2 kamar mandi. Aku segera diberitahu kamar mana yang akan ditempati selama aku homestay. Kamar itu terletak di depan, dekat dengan ruang tamu. Ibu Nurrokhman mempunyai dua anak. Anak yang pertama sedang bekerja di Jakarta, sedangkan anak yang kedua namanya Mas Nono, ia sebenarnya bersekolah di SMP kelas 9. Namun, ia jarang sekali berangkat sekolah. Alasannya tak ada biaya dan keinginannya kini hanya bekerja. Aku terharu mendengar cerita dari Ibu. Aku mencoba untuk menghibur Ibu.
                Pukul 12.00 aku segera bergegas mengambil air wudhu dan segera melaksanakan shalat Dhuhur di masjid. Memang, kamar mandinya kecil, bahkan kebersihannya sudah tak terjamin lagi. Tempatnya kotor, bau amis, bahkan terdapat beberapa ulat yang menempel di dinding kamar mandi. Aku sebenarnya geli, tapi, Ini kan bukan suatu masalah yang besar. Aku bisa membuang ulatnya dan membersihkan kamar mandinya. Setelah berwudhu aku segera mengambil mukenah di kamar dan pergi ke masjid untuk shalat berjama’ah.
 Setelah shalat Dhuhur, aku segera kembali ke rumah. Karena kulihat lantai kotor, aku segera menyapu lantai. Aku dan temanku diajak Ibu untuk makan siang. Malu sebenarnya, tapi rezeki kan tidak boleh ditolak. Makan siang dengan teman memang menyenangkan. Lauknya ada sayur buncis, telur, dan gorengan. Lezat rasanya. Selesai makan, aku segera mencuci perlengkapan makan bersama Siska di belakang rumah. Sedangkan Ajeng dan Nurul merapikan dapur yang lumayan berantakan.
Selesai mencuci piring, kemudian aku dan temanku beristirahat sejenak sambil melepas rasa lelah di kamar. Jam 14.00 aku berbincang-bincang kembali dengan Ibu yang sedang  duduk di ruang tamu. Ibu mengajak kami ke rumah tetangga untuk membantu menimbang dan mengikat sayuran. Ternyata di sana juga sudah ada kelompok yang beranggotakan anak laki. Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 14.45. Aku segera mengambil air wudhu dan sholat berjamaah di masjid.
                Pulang dari masjid, aku segera menyapu kembali lantai rumah dan kemudian mengepelnya. Hari semakin sore, pukul 16.30 aku mandi. Airnya dingin sekali. Aku menggigil, tidak kuat lagi. Setelah bergantian mandi, aku kembali ke rumah. Kemudian membantu Ibu memasak di dapur. Ibu sedang memasak  telur pedas. Baunya sangat harum. Aku dan teman-teman membuat Ibu jadi repot. Tapi dari wajah Ibu, Ibu terlihat senang menerima kedatangan kami.
                Waktu menunjukkan pukul 17.50. aku segera mengambil air wudhu dan shalat Maghrib berjamaah di masjid. Seperti biasa, masjid sudah dipenuhi oleh siswa-siswi Spenzaga. Dari pada shalat sendiri, kan lebih baik shalat bersama. Selesai shalat Maghrib, aku dan teman-temanku pulang ke rumah. Ibu mengajak kami makan malam. Kami segera menuju ke dapur karena Ibu sudah menunggu.  
Hmmm, pukul 08.00 aku baru tidur. Ranjangnya kecil, membuat aku dan teman-teman harus berbagi tempat tidur. Saat akan tidur, tiba-tiba Mas Rahman datang untuk mengabsen dan menanyakan keadaan kami. Siapa tahu ada yang sakit. Alhamdulillah hari pertama homestay, di antara kami tidak ada yang sakit keras. Mas Rahman pun akhirnya pulang. Aku dan teman-temanku segera berpamitan kepada Ibu untuk tidur. Ibu pun mengijinkan kami.
Hari ke dua homestay. Kira-kira pagi, pukul 04.00 aku sudah bangun. Terpaksa, karena Ajeng ingin ke kamar mandi, kami membangunkan Ibu yang masih tertidur. Sebenarnya perbuatan itu kurang sopan, tapi ya sudahlah….lagi pula pintu belakang masih dikunci. Aku sebenarnya berani, hanya temanku saja yang penakut.
Aku dan teman-teman segera merapikan tempat tidur dan bergegas mencari sapu untuk menyapu. Aku menyapu kamar, sedangkan mereka bertiga bergantian menyapu ruang tamu. Azan Shubuh sepertinya akan segera berkumandang. Mengetahui hal itu, aku dan teman-temanku segera mengambil air wudhu. Setelah bergantian mengambil air wudhu, kemusdian kami mengambil mukenah. Dan kemudian pergi ke masjid. Selesai shalat Shubuh, aku dan teman-temanku segera pulang ke rumah. Kini, pukul 06.00...aku segera mengambil sapu lidi dan menyapu halaman depan rumah. Sedangkan Siska dan Ajeng mengelap kaca jendela serta Nurul menyapu teras.
Tak terasa sudah pukul 06.30, Ibu mengajak kami untuk berkebun. Sebelum berkebun, Ibu sudah menyiapkan sarapan untuk kami. Hari kedua ini aku semakin betah saja tinggal di rumah Ibu Nurohman. Ibu sangat ramah dan baik hati. Selesai makan, Ajeng dan Nurul mencuci piring, sedangkan aku dan Siska merapikan dapur. waktunya berkebun. Aku ganti baju lengan pendek karena akan berkebun.
Kata Ibu, kami akan panen daun bawang dan mencari kayu baker untuk persiapan api unggun nanti malam. Memang tak dekat. Jalannya yang naik turun, berliku, berbatu, juga licin, membuatku ingin segera sampai. Di jalan, kami bertemu dengan kelompok lain. Mereka juga akan berkebun. Kurang lebih 15 menit perjalanan. Kanan kiri yang kulihat terasa sangat asri. Karena hanya ada tumbuhan hijau. Tanaman yang ditanam bermacam-macam, ada singkong, jagung, daun bawang, stroberry, wortel dan masih banyak lagi.
Sampai di kebun Ibu, Ibu menyuruh kami untuk memanen daun bawang. Kebunnya cukup luas. Aku juga membawa kayu baker untuk persiapan nanti malam. Kurang lebih 30 menit berkebun, akhirnya kami pun pulang.
Pukul 10.40 kami pulang dengan membawa satu ember daun bawang dan 5 kayu bakar. Selesai berkebun, kami beristirahat sejenak dan kemudian mandi. Terasa sangat segar. Selesai mandi, aku mengganti baju yang sudah kotor. Lesu dan letih sudah tak berani menggangguku lagi. Aku beristirahat sejenak sambil menikmati snacks yang kami bawa dari rumah. Berbagi bersama adalah hal terindah bagiku. Tanpa teman, aku tak bisa hidup. Owing to the fact that, my friend is everything for me. Ya, sekarang pukul 11.50, azan telah berkumandang. Waktunya shalat Jum’at bagi yang melaksanakannya. Sambil menunggu shalat Jum’at selesai, aku dan teman-temanku segera mengambil air wudhu. Kemudian kami shalat Dhuhur secara berjama’ah.
Ibu mengajak kami untuk makan siang. Semangkuk mie kuah telah dihidangkan di atas meja. Rasanya nikmat sekali. Selesai makan, Nurul dan Ajeng mencuci perlengkapan makannya. Sedangkan aku menyapu ruang tamu.  Tiba-tiba Ibu datang, beliau mengajak kami untuk ikut mengaji di rumah tetangga. Karena kami tidak membawa baju muslim dan kebetulan pukul 13.00 harus kumpul untuk membuat yel-yel, akhirnya kami memutuskan untuk tidak ikut mengaji.
 Aku beristirahat sejenak di kamar. Sambil mengisi daftar kegiatan yang sudah disediakan oleh panitia homestay, kami menikmati jajanan ringan. Tak terasa, waktu menunjukkan pukul 12.40, aku dan temanku segera berangkat ke rumah homestaynya Lintang cs untuk latihan yel-yel.
Sepuluh menit istirahat di kamar, dilanjutkan berangkat latihan yel-yel bersama Mas Rahman dan pastinya dengan teman sekelompok. Tapi, akhirnya kami memutuskan untuk menyanyi lagu “Semua Tentang Kita” yang dipopulerkan oleh Peterpan. Ya, semua setuju. Raka yang bermain gitar, sedangkan yang lain ikut menyanyi. Setelah semua beres, aku dan temanku pulang. Selama 1 jam kami membereskan rumah dan menata perlengkapan yang kami bawa.
Mas Rahman memberi kabar bahwa kegiatan outbond dilaksanakan 1 jam lebih awal dari waktu yang telah ditetepkan. Aku dan teman-teman segera pulang dan berganti pakaian olah raga. Setelah semua siap, kami segera berangkat meuju kawasan hutan pinus. Karena gerimis, aku memakai jaket. Di jalan, aku bertemu dengan teman-teman dari kelompok 13 yang sudah berjalan terlebih dahulu.
 Setelah sampai di tempat, secara bergantian, aku dan teman-teman diberi alat pengaman, yang terdiri atas sabuk pengaman dan helm. Akhirnya aku mendapatkan giliran. Aku dan Siska segera memanjat jaring laba-laba. Kemudian menyeberang dengan pijakan satu tali dan 2 tali pegangan. Meski sudah memakai pengaman, namun rasanya tetap gerogi. Karena ini adalah outbond pertamaku. Setelah sampai di atas, aku dan Siska segera bermain flying fox. Rasanya memang deg-degan, tapi aku suka dengan tantangan. Jadi, kuberanikan diri untuk meluncur.
 Tak terasa, azan Ashar telah berkumandang. Kini, hujan semakin lebat. Aku mencari tempat untuk berteduh. Aku berteduh di warung makan. Aku bingung, ingin pulang, namun hujan sedang deras-derasnya. Terpaksa, aku menunggu hingga hujan reda.
Pukul 16.15 aku sudah di rumah. Aku segera menyiapkan perlengkapan mandi dan segera mandi sebelum udara semakin dingin di sore hari. Ya, hujan lebat akhirnya turun meskipun aku belum mandi. Namun hujan tak menyurutkan niatku untuk tetap mandi di sore yang dingin ini. Selesai mandi, aku mengganti pakaian, kini aku kembali berbincang-bincang dengan teman-teman. Tiba-tiba, ada orang mengetuk pintu.
 Aku yang sedang bersantai dengan teman-teman jadi terkejut. Ternyata yang dating adalah 3 orang juru kamera. Mereka bermaksud untuk mengambil gambar kami saat makan malam. Salah satu dari mereka melihat ke ruang dapur. Mereka berpesan untuk menyampaikan permintaan izin kepada tuan rumah untuk mengambil gambar. Mereka kemudian pulang dan akan kembali datang sehabis shalat Isya. Rasanya senang bisa berkumpul bersama. Setelah lama berbincang, akhirnya datanglah waktu shalat Maghrib. Setelah wudhu, aku dan teman-teman shalat berjama’ah di kamar. Terpaksa aku tidak ke masjid karena hujan lebat.
Selesai shalat, tiba-tiba ada seorang lelaki duduk di kursi ruang tamu. Ternyata itu suami Ibu Nurokhman. Ia baru pulang dari Jakarta. Aku dan teman-temanku segera bersalaman dan memperkenalkan diri. Bapak terlihat bahagia melihat kami. Aku jadi ikut senang. Bapak sangat baik dan ramah.
Aku dan teman-teman sudah pulang dari masjid. Para juru kamera datang kembali ke rumah. Meski harus kehujanan, nampaknya mereka sangat tertarik untuk mengambil gambar. Setelah berbincang-bincang dengan bapak dan ibu. Akhirnya, waktu makan malam pun tiba. Para juru kamera mengambil gambar kami. Lauknya ada tongkol pedas, gorengan, dan telur dadar. Sebenarnya mereka ingin mengambil gambar kami lagi sat berbincang-bincang di ruang tamu. Karena aku makan tongkol pedas itu, perutku jadi mulas. Karena hari sudah malam, aku dan temanku memutuskan untuk numpang ke kamar mandi tetangga.
Ya, karena lama menunggu kami, mereka akhirnya pulang.  Akhirnya, aku dan teman-teman memutuskan untuk tidur lebih awal. Ya, jam 08.00 aku dan teman-teman sudah tidur di ranjang. Penat sekali rasanya jika harus tidur berempat dalam satu ranjang kecil. Namun, aku tak mengeluh, aku tetap mencoba untuk menikmati ini.
Hari terakhir homestay. Ya, hari Sabtu. Aku bangun tidur pukul 04.15, kemudian aku membangunkan teman-temanku yang masih tertidur. Karena azan Shubuh sudah berkumandang, aku dan teman-teman cepat-cepat mengambil air wudhu dan kemudian berangkat ke masjid. Sudah dingin ditambah gerimis pula. Hal itu yang membuatku sedikit murung. Pukul 07.00 aku dan teman-teman melakukan kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan. Senang sekali rasanya, karena kegiatan ini bisa melatih rasa tanggung jawab dan kegotong royongan. Ada yang menyapu jalan dengan sapu lidi, ada yang mencabuti rumput, ada juga yang mengumpulkan sampah-sampah yang akan dibuang. Lingkungan kini menjadi bersih.
Pukul 07.40 aku bermain sebentar ke rumah tetangga. Ya, yel-yel dan lagu yang menjadi masalah. Kemarin, aku bertanya kepada kelompok 11. ternyata, lagu yang akan kami bawakan sama. Terpaksa, kami harus berkumpul untuk menyelesaikan masalah lagu ini. Sebelum berangkat ke rumah Lintang, aku dan teman-teman diajak Ibu untuk sarapan terlebih dahulu. Makan nasi dengan mie kuah di pagi yang dingin memang sangat enak. Ya….setelah kurang lebih 10 menit sarapan, seperti biasa, aku dan Siska mencuci perlengkapan makannya. Kemudian kami meminta izin kepada Ibu akan pergi ke rumah Lintang untuk berlatih yel-yel. Ibu pun mengizinkan kami.
Akhirnya, kami sampai juga di rumah Lintang. Kami berdiskusi tentang yel-yel ini. Setelah kami datang, anak laki-laki pun juga datang. Setelah lama berdiskusi, kurang lebih 15 menit, ditentukan lagu “Tinggal Kenangan” yang akan dinyanyikan. Pukul 08.25…ya, aku segera berpamitan pulang, karena pukul 09.00 akan diadakan acara perpisahan.
Tak sempat mandi, terpaksa aku dan teman-teman hanya mencuci muka. Kemudian ganti pakaian dan membereskan tas masing-masing. Setelah semua selesai, kemudian kami berpamitan kepada Ibu Nurokhman untuk pulang. Aku sebenarnya agak terharu, karena harus berpisah dengan beliau. Kami diberi oleh-oleh berupa sayur wortel, daun bawang, dan kubis. Ya, 1 ransel besar di pundak, 2 tas kecil di tangan kanan dan kiri. Wahhh, seperti habis mudik saja.
Akhirnya, kami berkumpul di kompleks masjid untuk mengikuti acara penutupan sekaligus perpisahan. Bapak Kades sudah hadir, Bapak Ibu Guru SMP N 1 Purbalingga pun sudah hadir, serta para warga Desa Serang khususnya RW 5 juga turut hadir. Beliau-beliau ini mengucapkan rasa terimakasih baik dari perwakilan SMP N 1 Purbalingga maupun dari Bapak Kades. Aku jadi terharu. Kemudian kami bersalaman dengan beliau-beliau serta dengan warga Desa Serang. Kami menuju mobil angkutan masing-masing. Dan mobil membawa kami kembali pulang.

Teman-teman, hanya ini yang dapat aku tuangkan ke dalam cerita ini. Kurang lebihnya, aku mohon maaf yang setulus-tulusnya. Aku sangat senang dengan kegiatan homestay ini. Selain untuk melatih kemandirian dan rasa tanggung jawabku, kegiatan ini juga menjadi pengalaman yang berharga bagiku. Terimakasih sebesar-besarnya saya tujukan kepada Allah SWT yang telah memudahkan segala urusan, melindungi setiap langkahku selama aku melaksanakan kegiatan homestay, kepada orang tuaku tercinta, kepada Bapak Ibu Guru SMP N 1 Purbalingga, dan terakhir kepada warga Desa Serang khususnya kepada Ibu Nurokhman. Terimakasih.




24 Pulau di Indonesia Hilang, Ribuan Lainnya Terancam

  Tercatat sebanyak 24 pulau kecil di Indonesia telah lenyap, baik akibat kejadian alam, maupun ulah manusia. Namun, itu belum seberapa. Yang lebih mengkhawatirkan, 2.000 pulau lain di Tanah Air juga terancam tenggelam akibat dampak pemanasan global. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan RI Freddy Numberi saat menyampaikan kuliah umum di Universitas Widyatama (Utama) Bandung, Jumat (2/10). Acara kuliah umum ini dihadiri pula oleh Bupati Sorong Stepanus Malak dan civitas akademika Utama.
Freddy menyatakan, ke24 pulau ini hilang akibat tsunami Aceh pada 2004, abrasi, dan kegiatan penambangan pasir yang tidak terkendali. Pulaupulau ini di antaranya Pulau Gosong Sinjai di NAD akibat tsunami, Mioswekel di Papua akibat abrasi, dan Lereh di Kepulauan Riau akibat penambangan pasir. Pemanasan global, ucapnya, menjadi ancaman paling konkret dan berbahaya bagi pulaupulau lain di Tanah Air.
Menurut analisis bersama Departemen Kelautan Perikanan RI dan PBB, pada tahun 2030, sekitar 2.000 pulau kecil di Indonesia akan lenyap. "Saya punyalis tnya, tetapi tidak bisa diungkapkan di sini," ujarnya. Dikatakan Freddy, kenaikan permukaan laut bisa mencapai lebih dari 2 meter jika tidak ada penanganan serius dalam menghentikan laju pemanasan global.
Tidak hanya di pulaupulau kecil, dalam simulasi dampak perubahan iklim, sebagian wilayah pesisir utara Jakarta akan tenggelam. "Bandara SoekarnoHatta pun akan tenggelam jika tidak ada upaya serius mengurangi laju pemanasan global. Percaya sama saya, adikadik sekalian kalau masih hidup di masa itu suatu hari akan mengingat omongan saya ini," ujarnya.
Ancaman tenggelamnya pulau akibat kenaikan permukaan laut, ucapnya, bukanlah isapan jempol. "Sekarang, telah betulbetul terjadi," ucapnya memberikan contoh negara Kepulauan Kiribati dan Tuvalu. "Presiden Kiribati telah meminta warga dunia untuk menampung warganya karena 'negeri' mereka telah hilang," tuturnya. Wargawarga dari negara yang berada di Samudra Pasifik ini telah ditampung di Australia dan Selandia Baru.
Hilangnya pulaupulau di Indonesia beberapa disebabkan karena alam yaitu tsunami, abrasi, dan kejadiankejadian alam lainnya yang mustahil untuk di tolak oleh manusia. Namun beberapa factor lain pendukung hilangnya pulau yaitu penambangan pasir. Pemerintah harus memberikan sanksi yang tegas, memberikan pemetaan wilayahwilayah mana saja yang dapat dilakukan penambangan. Jangan hanya mengejar pemasukan uang kas Negara saja karena lambat laun, alam akan rusak jika titik keseimbangannya sudah tidak diperhatikan lagi.

4.09.2011

Down to Earth

Oooouu, ouuuuuuu, ooooo......
I never thought that it be easy
Cause we both so distance now
And the walls are closing in on us
And the wondering how ?

No one has a solid answer
But just walking in the dark
And you can see the look on my face it just tells me apart

So we fight....throught the hurt
And we cry and cry and cry and cry
And we live....and we learn
And we try and try and try and try

So its up to you and its up to me
That's we meet in the middle on our way back down to earth
Down to earth down to earth
On our way back down to earth

Mommy you were always somewhere
And daddy I live out to town
So tell me how could I ever be normal somehow
You tell me this is for the best
So tell me why I am in tears
Whoo...so far away now, I just need you here

So we fight....throught the hurt
And we cry and cry and cry and cry
And we live....and we learn
And we tyr and try and try and try

So its up to you and its up to me
That's we meet in the middle on our way back down to earth
Down to earth down to earth
On our way back down to earth

Feel so far away from we used to be
Now we're standing and were do we go
No get's no road to get to your heart
Let's start over again